1. Museum Tsunami Dan Pemakaman Kerkhof Peutjoet
Sebagai bangsa yang besar, sejarah adalah harta karun yang harus selalu diingat meskipun merupakan kenyataan pahit dan sedih. Museum tsunami di pusat Kota Banda Aceh menjadi pengingat sekaligus monumen penghargaan bagi orang-orang yang telah berjuang untuk bertahan hidup ketika tsunami pada 26 Desember 2004 menerjang. Museum ini gratis dibuka untuk umum, kamu hanya perlu membayar uang retribusi parkir jika membawa kendaraan.
Di museum dengan rancangan arsitektur lengkung yang unik ini, kamu bisa merasakan suasana saat tsunami terjadi dan melihat foto serta kisah warga yang selamat. Nama-nama para korban pun ditulis dengan penataan yang rapi di dinding museum. Tampak luar, bangunan museum ini seperti kapal besar, namun jika dari atas, bentuknya menyerupai ombak lautan.
Selain berfungsi sebagai objek sejarah, bangunan ini juga memiliki fungsi sebagai tempat evakuasi jika terjadi tsunami. Berjalan sedikit ke belakang museum terdapat pemakaman militer Belanda ketika perang Aceh berlangsung. Kurang lebih dua ribu prajurit lokal dan Hindia Belanda dimakamkan di sini.
2. Taman Sari Gunongan dan Pinto Khob
Jika India punya Taj Mahal, maka Banda Aceh mempunyai Taman Sari Gunongan. Keduanya sama-sama merupakan simbol cinta dari para raja untuk permaisurinya. Taman Sari Gunongan sendiri merupakan hadiah dari Sultan Iskandar Muda untuk permaisurinya, yaitu Putri Kamaliah (Putroe Phang) dari Negeri Pahang, Malaysia. Taman Sari Gunongan ini terletak di dalam kompleks Taman Sari Bustanussalatin Banda Aceh yang dilalui oleh Sungai Krueng Daroy.
Tempat ini sejatinya merupakan tempat khusus bagi Sang Permaisuri untuk menyepi dan menuntaskan kerinduannya pada kampung halaman tercinta, dimana bentuk dari taman ini dibuat mirip seperti perbukitan di Negeri Pahang. Bangunan Gunongannya sendiri terdiri dari tiga tingkat dengan warna serba putih. Dijamin cantik sekali, deh!
Di bagian belakang taman sari terdapat bangunan persegi yang dinamakan Kandang. Kandang merupakan makam dari Sultan Iskandar Thani. Sedangkan di bagian depan terdapat penterana batu yang menjadi tempat penobatan Sultan Aceh. Tidak jauh dari bangunan utama Gunongan, kamu bisa mengunjungi Pinto Khob yang menjadi penghubung para dayang-dayang kerajaan dengan Putroe saat menuju tempat pemandian. Unik sekali bukan?
3. Lapangan Blangpadang Dan Monumen Replika Pesawat Dacota DC-3 Seulawah RI-001
Areal seluas delapan hektar yang dulunya merupakan areal persawahan rakyat kini disulap menjadi ruang terbuka hijau Banda Aceh yang banyak menyimpan kisah sejarah. Di lapangan ini, kamu akan banyak menemui prasasti ucapan terima kasih untuk negara-negara yang telah membantu Aceh dalam recovery pasca tsunami 2004.
Tidak jauh dari lapangan ini terdapat monumen replika pesawat Dacota DC-3 Seulawah RI-001 yang merupakan sumbangan warga Aceh untuk Indonesia. Pesawat inilah yang kemudian menjadi cikal bakal industri dirgantara di Indonesia. Karena lokasi lapangan Balangpadang yang terletak di tengah-tengah beberapa monumen bersejarah seperti Rumoh Aceh, Gunongan dan pemakaman Kerkhoff, lapangan ini bisa jadi starting point untuk menjelajahi wisata sejarah Banda Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar